CIRI-CIRI MENSYUKURI RAHMAT ALLAH
Oleh: N. Fredy Franmoko
Memperoleh
rahmat dari Allah Swt merupakan suatu anugerah yang besar. Karena itu, menjadi keharusan
bagi kita untuk mensyukurinya. Namun, sebagaimana kita ketahui, mensyukuri
segala sesuatu bukanlah sekadar mengucapkan alhamdulillah, tapi kita harus
manfaatkan segala anugerah dari Allah itu untuk mengabdi kepada-Nya. Dalam
kaitan ini, maka kita harus membuktikan diri sebagai orang yang bersyukur atas
rahmat yang diberikan Allah kepada kita dengan memiliki sikap dan prilaku
sebagaimana yang disebutkan Allah tentang orang-orang yang memperoleh
rahmat-Nya.
1.
Sabar
Dalam kehidupan orang yang beriman merupakan sesuatu yang pasti dan biasa
terjadi, baik ujian berupa hal-hal yang menyenangkan atau malah sebaliknya bila
dilihat dari sudut pandang duniawi. Apabila ujian yang tidak menyenangkan
menimpa diri orang yang memperoleh rahmat dari Allah, maka dia menghadapinya
dengan penuh kesabaran. Sabar dalam arti tetap bertahan dalam kebenaran
sehingga meskipun kesulitan menerpa kehidupannya, dia tidak akan sampai putus
asa lalu menghalalkan segala cara dalam upaya mengatasi kesulitan hidup. Inilah
ciri penting dari orang yang telah memperoleh rahmat dari Allah Swt sebagaimana
firman-Nya yang artinya:
“Dan sungguh akan kami berikan cobaan
kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar,
(yaitu) orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan inna lillahi wa
inna ilaihi raji’un. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan
rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”
(QS Al Baqorah: 155-157).
2.
Berlaku Lemah Lembut
Da’wah merupakan kewajiban bagi setiap muslim setiap kemampuan dan
potensinya masing-masing. Dalam da’wah, tentu harus berinteraksi atau
berkomunikasi dengan orang lain, karena da’wah pada hakikatnya adalah
mengkomunikasikan ajaran Islam kepada orang lain agar terjadi perubahan pada
orang tersebut, baik pemahaman, sikap maupun prilaku sebagaimana yang
dikehendaki. Agar da’wah bisa diterima oleh orang lain, maka kita amat dituntut
untuk berlaku lemah lembut dan orang yang telah memperoleh rahmat dari Allah
Swt, niscaya bisa berlaku lemah lembut dalam sikap dan tingkah lakunya terhadap
orang lain, Allah Swt berfirman dalam yang
artinya:
“Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu
berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu” (QS Ali
Imron :159).
3.
Tidak Mengikuti Syaitan
Syaitan merupakan musuh utama orang beriman dalam kehidupan di dunia ini.
Karena itu, jangan sampai seorang mu’min mengikuti apa yang dikehendaki oleh
syaitan, ini merupakan konsekuensi penting bagi seseorang yang ingin mencapai
kedudukan muslim yang kaffah atau menyeluruh. Allah berfirman yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu
ke dalam Islam secara keseluruhannya dan janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah syaitan, sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu (QS
Al Baqarah::208)”.
Bagi orang yang memperoleh rahmat
dari Allah Swt, maka dia tentu akan menjadi orang yang tidak akan mengikuti
keinginan-keinginan syaitan meskipun bila mengikutinya dia akan memperoleh
keuntungan yang bersifat duniawi, Allah Swt berfirman yang artinya:
“Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat
Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikuti syaitan, kecuali sebahagian kecil
saja (diantamu) (QS An Nissa:83)”.
4.
Tidak Sesat
Kesesatan dari jalan kehidupan yang benar sebagaimana yang ditentukan
oleh ajaran Islam merupakan sesuatu yang amat buruk. Orang yang sesat akan
selalu cenderung pada perbuatan yang merugikan dirinya maupun orang lain,
selalu mengarah pada kejahatan dan bernilai dosa, bahkan dengan sebab
kesesatan, Allah Swt membinasakan suatu kaum, yakni kaun Tsamud sebagaimana
yang dikemukakan Allah dalam Al-Qur’an yang artinya:
“Dan adapun kaum Tsamud (kaum nabi Soleh) maka mereka telah Kami beri
petunjuk tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) dari petunjuk itu, maka
mereka disambar petir azab yang menghinakan disebabkan apa yang telah mereka
kerjakan (QS Fussilat:17). Karena betapa hinanya hidup dalam kesesatan dan
Allah amat murka kepada orang yang menempuh jalan yang sesat, maka syaitan
selalu berusaha 24 jam setiap harinya dalam upaya menyesatkan manusia, dan
sudah banyak manusia yang berhasil disesatkan, karenanya kita harus berfikir
keras agar kita tidak disesatkan syaitan, hal ini ditegaskan Allah dalam
firman-Nya yang artinya: Sesungguhnya syaitan itu telah menyesatkan sebagian
besar diantaramu. Maka apakah kamu tidak memikirkan? (QS Yaasiin:62).
Apabila seseorang telah memperoleh rahmat dari Allah Swt, maka dia tidak
akan berhasil disesatkan oleh syaitan dan orang-orang yang mengikuti syaitan,
bahkan mereka hanya menyesatkan diri mereka sendiri, Allah berfirman yang
artinya:
“Sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, tentulah
segolongan dari mereka berkeinginan keras untuk menyesatkanmu. Tetapi mereka
tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak dapat
membahayakanmu sedikitpun (QS An Nisaa: 113).
5.
Senang Pada Persatuan
Ciri penting lain yang disebutkan Allah di dalam Al-Qur’an tentang orang
yang memperoleh rahmat dari Allah adalah senang pada persatuan, sehingga orang
yang senang pada persatuan itu selalu menyelesaikan dan mengatasi perbedaan dan
persoalan dengan merujuk kepada sumber Islam itu sendiri yakni Al-Qur’an dan
sunnah. Allah Swt tidak menciptakan manusia seperti robot yang dengan mudah
bisa disatukan, tapi Allah menciptakan manusia dengan potensi yang dimilikinya
berupa hati, akal dan panca indra untuk berfikir dan
menentukan sikap.Dalam kenyataan, kita rasakan dan kita lihat betapa banyak
manusia yang belum memperoleh rahmat dari Allah Swt sehingga yang terjadi,
manusia malah cenderung pada memperbesar perbedaan perdapat hingga bercerai
berai, bukan mencari titik temu dan bersatu padu. Karena itu, apabila seseorang
telah memperoleh rahmat dari Allah Swt, niscaya mereka senang pada persatuan
dan selalu mencari titik temu dengan rujukan Al-Qur’an dan sunnah dalam
menghadapi perbedaan pendapat diantara sesama manusia, apalagi sesama muslim,
hal ini difirmankan Allah yang artinya:
“Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang
satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang
diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat
Tuhanmu (keputusan-Nya) telahg ditetapkan: sesungguhnya Aku akan memenuhi
neraka jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya” (QS Huud: 118-119).
6. Tidak Mengikuti Hawa
Nafsu
Setiap manusia diberikan oleh Allah nafsu atau berbagai keinginan dalam
hidupnya di dunia ini. Bagi seorang muslim, berbagai keinginan dalam hidup ini
hanya akan dituruti manakala keinginan itu tidak bertentangan dengan
nilai-nilai yang datang dari Allah dan Rasul-Nya. Hal ini karena, apabila
seseorang selalu menuruti segala keinginannya, termasuk keinginan yang tidak
benar, maka hal itu berarti telah menuhankan hawa nafsunya yang selalu
cenderung pada kesesatan, Allah berfirman yang artinya: Maka pernahkah kamu
melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah
membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati
pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya?. Maka
siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat).
Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran (QS Al Jaatsiah: 23). Karena itu,
bagi orang yang memperoleh rahmat dari Allah Swt, niscaya dia tidak akan
mengikuti begitu saja keinginan hawa nafsunya, tapi dia akan mengendalikannya
secara baik sehingga segala keinginan dicapai dan dipenuhi dengan cara-cara
yang dibenarkan Allah Swt, misalnya nafsu terhadap harta diperoleh harta yang
banyak dengan usaha yang halal, nafsu seksual dilampiaskan melalui jalur
pernikahan yang merupakan penghalalan bagi keinginan seksual dan begitulah
seterusnya. Nafsu yang terkendali dengan baik inilah yang kemudian disebut
dengan nafsu yang diberi rahmat oleh Allah Swt sehingga orang yang memperoleh
rahmat Allah mampu mengendalikan hawa nafsunya dengan baik, Allah berfirman
yang artinya:
“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya
nafsu itu selalu menyruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat
oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengasih lagi Maha Penyayang” (QS Yusuf:53).