BAHASA, KOMUNIKASI, DAN MASYARAKAT
Oleh: N. Fredy Franmoko
Mustahil, sebuah komunikasi tanpa bahasa. Manusia sebagai pelaku komunikasi memerlukan media utama yang disebut bahasa. Bahasa merupakan media komunikasi handal bagi kehidupan manusia. Tanpa bahasa, manusia tidak berkiprah dalam kehidupan masyarakat.
A. Hakikat Bahasa
Secara
rinci, bahasa dapat didefinisikan sebagai suatu
1. Sistem :
bahasa dibentuk oleh komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan
2. Lambang :
hal yang dimaknakan atau dimaknai
3. Bunyi :
bunyi-bunyi ujaran manusia
4. Arbitrer :
tidak tetap; bisa berubah-ubah , semau-maunya
5. Konvensional : bergantung
kesepakatan
6. Produktif :
dengan kaidah yang terbatas dapat menghasilkan ujaran yang tak terbatas
7. Dinamis :
sewaktu-waktu bisa berubah
8. Beragam : walaupun
punya pola yang sama, bahasa bisa bervariasi/beragam
9. Manusiawi :
hanya dimiliki oleh manusia
Fungsi
bahasa bisa dilihat dari beberapa segi sebagai berikut.
1. Pandangan tradisional: alat komunikasi, menyampaikan
pikiran, gagasan, konsep, atau perasaan
Dilihat
dari sosiolinguistik
2. Segi penutur: personal atau pribadi (Halliday); emotif
(Jakobson)
3. Segi pendengar/ lawan: direktif/instrumental, mengatur)
4. Segi kontak: fatik (Jakobson); interpersonal (Halliday),
menjalin hubungan
5. Segi topik: referensial (Finnocchiaro); representasional
(Halliday); kogntitif (Jakobson), alat untuk membicarakan objek.
6. Segi kode: metalingual/metalingualistik (Jakobson),
membicarakan bahasa itu sendiri.
7. Segi amanat: imajinatif (Halliday); poetic speech (Jakobson),
menyampaikan pesan atau gagasan termasuk gagasan yang tidak
sebenarnya.
2.4 Komunikasi Bahasa
Gangguan
Pengirim enkoding: pesan dekcoding: penerima
Pesan (sender) semantic encoding ujaran fhonological encoding pesan
grammatical encoding grammatical encoding
fhonological encoding semantic encoding
Umpan balik
(Gb. Proses Komunikasi)
Dalam praktiknya, proses komunikasi itu berjalan dengan cepat, baik komunikasi satu arah maupun dua arah. Sebagai alat komunikasi, bahasa melibatkan hubungan unsur bahasa dan konteks situasi berbahasa seperti tergambar pada bagan berikut.
Alat komunikasi
Linguistik paralinguistik
Fono morfo- sintak- kuali- unsur jarak rabaan
Logi logi sis tas supra- dan
Suara segmen isya-
tal rat
semantik
konteks situasi
Perbandingan sistem komunikasi bahasa manusia dengan sistem komunikasi hewan
Deskripsi hasil penelitian Fromkin dan Rodman (1974); Akmajian (1979)
1. Burung
Burung menggunakan dua jenis komunikasi (1) panggilan( bird call) satu nada: makanan, bersarang, kelompok dan (2) nyanyian (bird song): bunyinya panjang: penguasaan, menarik perhatian. Burung jenis yang sama, tetapi di daerah berbeda bisa saling komunikasi. Kemampuan berkomunikasi dikuasai sejak lahir.
2. Lebah
Alat komunikasi yang digunakan adalah tarian: (1) bentuk lingkaran: sumber makanan dekat, (2) membentuk sabit/ angka delapan: sumber makanan berjarak sedang, dan (3) membuat gerakan dengan ekor: jarak lokasi makanan. Makin lambat gerak ekor makin jauh dsb. Alat komunikasi hanya berguna untuk masalah makanan saja. Kemampuan berkomunikasi dikuasai dari lahir.
3. Lumba-lumba
Komunikasi dengan mengeluarkan bunyi (1) vocal “ceklekan”, objek yang menghalangi petualangan (2) bersiul, minta tolong, memanggil. Melalui bunyi tersebut, mereka tidak berkomunikasi dengan sesamanya.
4. Simpanse
Simpanse berkomunikasi dengan tanda-tanda visual, gerakan tubuh: pendengaran, penciuman, perabaan. Alat komunikasi mereka terbatas, tidak bisa merekontruksi dan merencanakan perasaan. Walaupun simpanse bisa menirukan bahasa manusia, ia tidak bisa mengembangkan kemampuan bahasanya.
2.5 Keistimewaan Bahasa Manusia
Akmajian mendeskripsikan ciri bahasa manusia sebagai berikut.
1. Menggunakan jalur vocal auditif.
2. Dapat tersiar ke segala arah, tetapi penerimanya terarah.
3. Memiliki bahasa tulis.
4. Partisipan komunikasi saling berkomunikasi.
5. Lambang bahasa dapat menjadi umpan balik yang lengkap.
6. Komunikasi bersifat spesial, berbahasa tidak harus diikuti oleh gerakan yang mendukung.
7. Lambang-lambang bunyi dalam komunikasi bermakna.
8. Bersifat konvensional
9. Memiliki unsur-unsur bahasa (fonem, morfem, kata, kalimat).
10. Objek bahasa tidak harus hadir dan bisa terjadi kapan saja dan di mana saja.
11. Bersifat terbuka/ dinamis.
12. Keterampilan berbahasa diperoleh karena belajar.
13. Dapat dipelajari
14. Sebagai alat untuk menyatakan kebenaran dan ketidakbenaran.
15. Memiliki subsistem bunyi dan subsistem makna.
16. Bisa digunakan untuk membicarakan bahas itu sendiri.
BAB III. BAHASA DAN MASYARAKAT
3.1 Bahasa dan Tutur
Ferdinand de Saussure (1916) membedakan tiga istilah sebagai berikut.
Langage
|
Langue
|
Parole
|
1. Sistem lambang bunyi yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara verbal (bahasa manusia secara umum)
2. Bersifat abstrak
|
1. Sistem lambang bunyi yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat tertentu untuk berkomunikasi dan berinteraksi sesamanya.
2. Bersifat abstrak
|
1 Pelaksanaan dari langue, dalam bentuk ujaran atau tuturan dalam bahasa tertentu (bahasa dalam kalimat)
2 Bersifat konkret (wujudnya kalimat)
|
3.2 Verbal Repertoire
1. Ferdinand de Saussure (1916) membedakan (1) langage dan langue sebagai sistem yang bersifat abstrak dan (2) parole sebagai ujaran yang bersifat konkret.
2. Chomsky “Generatif Transformasi” membedakan (1) kompetens (competence) sebagai kemampuan atau pengetahuan yang dimiliki oleh pemakai bahasa. (2) Performens (performance), yaitu pemakaian bahasa yang sebenarnya atau perbuatan bahasa.
3. Halliday “Linguistik Sistemik” menggunakan istilah kemampuan komunikatif (Communicative Competence) yaitu kemampuan bertutur atau kemampuan menggunakan bahasa sesuai dengan fungsi dan situasi serta norma-norma penggunaan bahasa dengan konteks situasi dan sosial.
Jadi, kemampuan komunikatif berati kemampuan membedakan kegramatikalan, bentuk sesuai situasi, dan ungkapan sesuai tingkah laku, dan menginterpretasikan makna konteks dan situasional.
Dalam berkomunikasi, komunikan kadang menggunakan berbagai ragam bahasa. Mereka menguasai berbagai bahasa beserta ragamnya. Hal ini yang disebut sebagai repertoir bahasa atau verbal repertoir.
Dalam konteks sosiolinguistik, verbal repertoir dibedakan menjadi dua (1) repertoir individu: alat verbal yang dikuasai individu (2) repertoir masyarakat: alat verbal yang dikuasai masyarakat. Kajian interaksi verbal antarpenutur disebut sosiolinguistik interaksional atau sosiolinguistik mikro. Lingistik yang mengkaji penggunaan bahasa hubungannya dengan ciri-ciri bahasadalam suatu masyarakat disebut linguistik korelasional atau sosiolinguistik makro.
3.3 Masyarakat Tutur
1. Djokokentjono: Kelompok orang yang menggunakan bahasa dan norma yang sama, dalam menggunakan bentuk-bentuk bahasa, dan merasa menggunakan tutur yang sama.
2. Fishman: Suatu masyarakat (luas/sepit) yang anggota-anggotanya setidaknya mengenal satu variasi bahasa dan norma yang sesuai dengan penggunaannya.
3. Bloomfield: Sekelompok orang yang menggunakan sistem isyarat yang sama.
4. Labov: Satu kelompok orang yang mempunyai norma yang sama mengenai bahasa
5. Fishman dan Gumperz: Masyarakat tutur dibagi dua (1) masyarakat luas dan (2) masyarakat sempit.
3.4 Bahasa dan Tingkatan Sosial Masyarakat
Tingkatan sosial masyarakat akan berpengaruh terhadap bahasa tutur yang digunakan. Variasi bahasa tertentu mempunyai fungsi tertentu dalam berkomunikasi dalam masyarakatnya. Ada dua tingkatan bahasa berkaitan dengan tingkat sosial masyarakat pemakainya.
1. Tingkat kebangsawanan
Kuntjaraningrat
1) Wong cilik
2) Wong sudagar
3) Priyayi
4) Ndara
Clifford Geertz
1) Priyayi
2) Bukan priyayi berpendidikan dantingal di kota
3) Petani dan orang kata yang tak berpendidikan
Variasi bahasa yang digunakan oleh orang-orang karena perbedaan tingkat sosial disebut dengan sosiolek (Nababan) Variasi bahasa juga terjadi apabila yang terlibat dalam (pertuturan/O1---O2) memiliki perbedaan tingkat sosial.
Unda Usuk Bahasa Jawa
1) Uhlenbeck (1970) : krama: muda krama, kramantara, wreda krama; madya: madyangoko, madyantara, madya krama; ngoko: sopan dan andhap.
2) Clifford Geertz (19760`: krama: inggil, biasa, madya; ngoko: madya, biasa, sae
3) Suwito (19830 : krama dan ngoko dengan perubahan variasi pada penutur yang terlibat secara pragmatik.
2. Kedudukan sosial (pendidikan dan ekonomi)
1) CRJ Ross(1956) : adanya perbedaan ucapan, tata bahasa, diksi
2) Trudgill (1974) : meggunakan bentuk dengan /S/ dan tanpa /S/ . Semakin tinggi kelas sosial semakin jarang terdapat bentuk tanpa /S/
3) Villiam Labov : pengucapan fonem friktif /O/, fonem afrikatif, letupan [t], Ada empat gaya pengucapan [th]: santai, resmi, membaca teks, membaca daftar kata.
4) Bernstein (1959) : ada hubungan antara keberhasilan dalam belajar di sekolah dengan latar belakang kebahasaan anak-anak.
5) Stubbs, Trudgill, Halliday: Keberhasilan anak belajar bahasa tidak semata-mata ditentukan oleh latar belakang kebahasaan anak-anak.
SUMBER BACAAN
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2011. Sosiolinguistik, Perkenalan Awal. Jakarta; Rineka Cipta